Hal yang menurut saya paling berkesan ketika tinggal di Melbourne adalah fasilitas publiknya, sangat lengkap dengan kualitas yang oke. Meskipun di awal kedatangan sempat ada drama berburu apartemen, namun saya sangat bersyukur karena bisa mendapatkan akomodasi yang berlokasi di tengah kota.
Terkadang beberapa orang ada juga yang bertanya, kenapa memilih tempat tinggal di city. Padahal di suburb juga banyak daerah yang nyaman, dan mungkin secara harga sewa juga lebih murah. Well, sebenarnya sebelum berangkat saya memang sempat menargetkan lokasi tempat tinggal yang gak jauh-jauh dari kampus. Berhubung Unimelb ada di tengah kota, ya paling sekitar situ aja. Namun ketika mulai menginjakkan kaki di Melbourne, semua hanya tinggal rencana, haha.. Satu yang dipikirin saat itu, yaitu yang penting dapet tempat berteduh, dimanapun lokasinya 😆
Saya akui, masa-masa mengamankan akomodasi dulu memang salah satu masa paling stress selama di sini. Udah muter-muter, datengin inspeksi dingin-dingin, tapi aplikasi rental susah banget nembusnya. Makanya gak mau muluk-muluk, yang penting dapet aja. Bahkan area pencarian akhirnya saya perluas dan mulai mempertimbangkan suburb. Namun lagi-lagi emang kalau kita udah percaya sama Tuhan, tanpa kita sadari Tuhan itu selalu kasih apa yang kita butuhkan. And yes, setelah berpuluh-puluh aplikasi rental dimasukkan, akhirnya saya dan suami bisa secure akomodasi di tengah kota, cuman 2 km dari kampus, dan lokasinya sangat strategis. Alhamdulillah.. 💗
Setelah tinggal di city selama lebih dari 8 bulan, saya mulai familiar dengan beberapa fasilitas kota Melbourne, salah satunya adalah perpustakaan (library). Ada beberapa library yang tersedia di dekat tempat tinggal saya, salah satunya adalah Library at the Dock. Di postingan kali ini mungkin saya gak akan bahas detail tentang fasilitas di dalam Library at the Dock. Namun ada satu hal yang sangat mencuri perhatian saya pada kunjungan terakhir ke library ini, yaitu tentang riset di ruang publik.
Saya pikir yang namanya riset itu cuman berlaku di dunia akademisi. Cukup unik memang, karena ternyata saya juga banyak menemukan kegiatan riset di ruang publik, salah satunya di perpustakaan umum. Hal positif yang bisa kita pelajari dari negara maju adalah setiap pengambilan kebijakan berdasarkan riset ilmiah, gak sekedar based on feeling atau pengalaman. Sehingga kebijakan bisa lebih tepat sasaran dan maksimal. Makes sense sih emang. Karena kebanyakan kebijakan yang diambil tanpa dasar yang kuat cenderung berjalan kurang efektif dan efisien.
Survey dari City of Melbourne di fasilitas wifi umum |
Contoh sederhana tentang riset di ruang publik yang pernah saya temui di Library at the Dock adalah ketika saya ingin menyambungkan koneksi ke internet. Di ruang publik seperti library memang biasanya menyediakan wifi gratis. Namun ketika saya mulai untuk menyambungkan koneksi internet, ada survey kecil yang harus saya isi. Survey ini bukan hanya dari library, namun lebih tepatnya dari pemerintah kota Melbourne.
pertanyaan survey |
Hanya ada dua pertanyaan singkat terkait dengan kebutuhan internet masyarakat dan kemampuan digital masyarakat. I know this is really simple survey. Tapi bayangkan kalau ada tiga juta warga Melbourne yang berpartisipasi untuk mengisi survey ini, insight data survey bisa banget dipake buat dukung pengembangan kebijakan digitalisasi di kota Melbourne.
Sejak kuliah S2 di sini, apalagi ambil jurusan yang terkait dengan digital, emang bikin saya jadi lebih sensitif sama data. Kalau udah lita pertanyaan survey/riset/data, pikiran langsung penuh sama kemungkinan insight-insight apa yang bisa didapet dari data itu dan gimana nantinya kita bisa gunakan insight yang ada untuk bikin strategi yang komprehensif. That's why, sekarang happy banget ngisi survey, apalagi kalau surveynya buat bahan peningkatan kualitas atau pelayanan suatu organisasi.
Dari pertanyaan survey di atas, banyak hal yang bisa dieksplor. Misalkan di pertanyaan pertama, dari jawaban responden, hasilnya bisa dipake buat memahami kebutuhan koneksi internet masyarakat di kota Melbourne sehingga nantinya pemerintah dapat membuat kebijakan seperti pertimbangan titik-titik lokasi free wifi, jenis wifi yang digunakan dan kualitas seperti apa yang sesuai kebutuhan masyarakat. Sedangkan pertanyaan kedua tentang literasi digital, datanya bisa dipake buat menganalisa kebutuhan masyarakat akan program pelatihan-pelatihan digital di lokasi publik.
Tentunya banyak yang bisa diulik dari data dua pertanyaan survey di atas. Keren emang, saya akuin. Semoga hal-hal positif seperti ini nantinya bisa diimplementasikan juga di Indonesia.