Mempersiapkan Bonus Demografi Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Global
17.28
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba. Jadi tetaplah bersemangat elang rajawali.” – Soekarno -
Semangat Sang Proklamator memang tidak pernah
hilang dari kehidupan bangsa ini. Kata-kata mutiara yang beliau ucapkan,
sederhana, namun tidak pernah gagal untuk melecut semangat kita sebagai bangsa
Indonesia untuk terus berjuang demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Sesuai
analogi di atas, bahwa kita saat ini masih hidup di “masa pancaroba”, di mana
musim terasa tidak pasti, kadang hujan kadang kemarau. Tantangan demi tantangan
harus kita hadapi, salah satunya adalah AFTA atau ASEAN Free Trade Area, yaitu wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk
suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN yang telah dibentuk sejak tahun 1992. Secara
sederhana, kita bisa memahami bahwa dengan diberlakukannya AFTA, maka
produk-produk asing akan dengan mudahnya keluar masuk negara kita.
AFTA, sebuah tantangan atau ancaman kah? Tentu saya lebih cenderung memandangnya sebagai tantangan dibandingkan sebagai ancaman. Karena ini akan menjadi tantangan bagi kita, generasi muda Indonesia untuk membuktikan potensi kita pada dunia dalam menghadapi pasar global. Mengapa harus generasi muda? Pertumbuhan generasi muda di Indonesia sekarang sudah mencapai 34% dari total seluruh jumlah penduduk. Bahkan, diperkirakan puncak bonus demografi akan tercapai pada tahun 2020 hingga tahun 2030. Jelas sudah, peran pemuda saat ini akan menjadi sentral dalam pembangunan dan persaingan di era global. Generasi muda merupakan bonus demografi bangsa ini yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian Indonesia. Namun, apakah para pemuda bangsa kita sudah siap dalam menghadapi persaingan global ini?
Menurut pendapat saya, kunci utama dalam mempersiapkan generasi muda kita untuk menghadapi persaingan global adalah melalui pendidikan. Ada tiga jenis pendidikan yang harus dijalankan, yaitu Pendidikan Akademis, Pendidikan Soft Skill, dan Pendidikan Pembangunan Karakter. Pendidikan akademis bisa didapatkan melalui pendidikan formal di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan soft skill dapat diperoleh melalui keaktifan generasi muda kita dalam organisasi internal maupun eksternal kampus serta melalui acara-acara kepemudaan (konferensi pemuda) yang sering diselenggarakan akhir-akhir ini. Dan yang terakhir adalah pendidikan pembangunan karakter. Mengapa pendidikan karakter ini juga penting? Sebagai contoh, setelah para generasi muda kita memperoleh ilmu yang cukup dari bangku sekolah maupun perguruan tinggi serta memperoleh ilmu-ilmu terkait soft skill dari kegiatan organisasi yang diikuti, maka para pemuda Indonesia akan sadar bahwa sudah sepatutnya mereka untuk saling berbagi. Berbagi dengan siapa? Bisa dengan saudara-sadara kita yang belum mampu mendapatkan pendidikan yang layak atau mungkin bisa juga berbagi dengan para pelaku UKM di daerah yang belum mengerti bagaimana memasarkan produk mereka ke luar negeri.
Dengan adanya tiga fondasi pendidikan tersebut, maka saya yakin, bangsa kita akan tumbuh secara rata. Tidak hanya orang kota yang bisa berjuang untuk bangsa ini, tidak hanya orang pintar yang bisa menunjukkan kontribusinya, namun seluruh lapisan generasi kita bisa bangkit bersama-sama untuk berjuang bagi bangsa. Dengan begitu, kekuatan bangsa Indonesia tidak akan bisa diragukan lagi dan kita siap merebut kembali gelar “Macan Asia”.
Daftar referensi :
Departemen Keuangan. 2014. http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA. Diakses pada tanggal 17 Juni 2014.
Princeton. 2014. i.word.com/idictionary/youth. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
United Nation. 2014. http://unesco.org/new/en/social-and-human-science/themes/youth/ youth-definition/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
Yuswohady. 2012. http://www.yuswohady.com/2012/11/17/bonus-demografi/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
AFTA, sebuah tantangan atau ancaman kah? Tentu saya lebih cenderung memandangnya sebagai tantangan dibandingkan sebagai ancaman. Karena ini akan menjadi tantangan bagi kita, generasi muda Indonesia untuk membuktikan potensi kita pada dunia dalam menghadapi pasar global. Mengapa harus generasi muda? Pertumbuhan generasi muda di Indonesia sekarang sudah mencapai 34% dari total seluruh jumlah penduduk. Bahkan, diperkirakan puncak bonus demografi akan tercapai pada tahun 2020 hingga tahun 2030. Jelas sudah, peran pemuda saat ini akan menjadi sentral dalam pembangunan dan persaingan di era global. Generasi muda merupakan bonus demografi bangsa ini yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian Indonesia. Namun, apakah para pemuda bangsa kita sudah siap dalam menghadapi persaingan global ini?
Menurut pendapat saya, kunci utama dalam mempersiapkan generasi muda kita untuk menghadapi persaingan global adalah melalui pendidikan. Ada tiga jenis pendidikan yang harus dijalankan, yaitu Pendidikan Akademis, Pendidikan Soft Skill, dan Pendidikan Pembangunan Karakter. Pendidikan akademis bisa didapatkan melalui pendidikan formal di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan soft skill dapat diperoleh melalui keaktifan generasi muda kita dalam organisasi internal maupun eksternal kampus serta melalui acara-acara kepemudaan (konferensi pemuda) yang sering diselenggarakan akhir-akhir ini. Dan yang terakhir adalah pendidikan pembangunan karakter. Mengapa pendidikan karakter ini juga penting? Sebagai contoh, setelah para generasi muda kita memperoleh ilmu yang cukup dari bangku sekolah maupun perguruan tinggi serta memperoleh ilmu-ilmu terkait soft skill dari kegiatan organisasi yang diikuti, maka para pemuda Indonesia akan sadar bahwa sudah sepatutnya mereka untuk saling berbagi. Berbagi dengan siapa? Bisa dengan saudara-sadara kita yang belum mampu mendapatkan pendidikan yang layak atau mungkin bisa juga berbagi dengan para pelaku UKM di daerah yang belum mengerti bagaimana memasarkan produk mereka ke luar negeri.
Dengan adanya tiga fondasi pendidikan tersebut, maka saya yakin, bangsa kita akan tumbuh secara rata. Tidak hanya orang kota yang bisa berjuang untuk bangsa ini, tidak hanya orang pintar yang bisa menunjukkan kontribusinya, namun seluruh lapisan generasi kita bisa bangkit bersama-sama untuk berjuang bagi bangsa. Dengan begitu, kekuatan bangsa Indonesia tidak akan bisa diragukan lagi dan kita siap merebut kembali gelar “Macan Asia”.
Daftar referensi :
Departemen Keuangan. 2014. http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA. Diakses pada tanggal 17 Juni 2014.
Princeton. 2014. i.word.com/idictionary/youth. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
United Nation. 2014. http://unesco.org/new/en/social-and-human-science/themes/youth/ youth-definition/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
Yuswohady. 2012. http://www.yuswohady.com/2012/11/17/bonus-demografi/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
2 comments
Bahasannya Berraat... Hahahaha!!!! Tapi Keren!!! �� ^_^
BalasHapusAlhamdulillah, hehe.. Esai buat lomba tuh kmrn sak :D
Hapus