Rindu
09.19
Rutinitas tiap pagi di kantor adalah buka email, situs finansial dan media sosial secara bersamaan. Email sangat berperan banyak dalam pekerjaan saya. Segala informasi dan detail pekerjaan saya komunikasikan melalui email dan grup whatsapp. Sedangkan situs finansial merupakan salah satu chanel yang saya gunakan untuk memantau kondisi perekonomian terkini. Sejak bulan April 2016 saya telah memutuskan untuk berinvestasi di reksadana. Dari langkah kecil tersebut, terciptalah semangat baru untuk lebih sensitif dengan keadaan perekonomian secara global karena perubahan angka pada grafik IHSG sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan saya dalam berinvestasi. Berbeda dengan keduanya, media sosial adalah media yang paling ringan fungsinya bagi saya. Di dunia maya ini saya memanfaatkan koneksi atau hanya sekedar menengok laman profil seorang sahabat untuk tau bagaimana kabarnya sekarang, seperti yang barusan saya lakukan.
Sahabat, bagi saya, seperti saudara. Kita tidak perlu bertemu setiap hari namun kita percaya bahwa hati kita masih akan terus terpaut. Di akhir tahun 2015 saya kehilangan salah satu sahabat, yang senantiasa ada dan menjadi penghibur saya di kota rantau. Dalam rentang waktu 7 bulan kemudian, saya kembali kehilangan sahabat yang telah menjadi saudara seperjuangan sejak di bangku kuliah. Dan pagi ini, tanpa sengaja, kursor komputer menggerakkan tangan saya ke halaman profil media sosial salah satu sahabat yang telah mendahului saya menghadap Allah SWT.
Tidak terasa sudah 2 tahun lebih momen dalam potongan gambar itu terukir. Rizqi Fadhilah Akbar atau biasa dipanggil Akbar. Namun terkadang sebagai bahan becandaan kami saling memanggil "Kak". Saya panggil Kak Akbar, dia panggil saya Kak Cus. Bukan karena usia kami terpaut jauh. Kami seumuran. Panggilan itu hanya sebagai bentuk keakaraban kami. Akbar meretweet ucapan selamat dari dosen pembimbing skripsi saya, Pak Sony, ketika saya baru berhasil melewati sidang skripsi yang cukup bikin jantung saya gak berhenti berdetak kencang. Hingga akhirnya saya dinyatakan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Akbar jadi salah satu saksi perjuangan saya dari awal hingga akhir. Kami berjuang bersama-sama. Meski saya telah menyelesaikan terlebih dahulu, namun saya tidak serta merta meninggalkannya. Saya tetap berada di samping sahabat-sahabat saya yang lain untuk membantu mereka dalam menyelesaikan perjuangannya.
Rindu rasanya. Punya sosok sahabat-sahabat yang kocak dan selalu mampu memecahkan keheningan dengan canda tawanya, merupakan sesuatu hal yang sangat berharga. Kami pernah menghabiskan waktu hampir satu tahun untuk berkutat bersama dalam mempersiapkan sebuah karya yang akan kami kompetisikan. Kami pernah belajar menjadi tim yang kokoh saat harus stay selama dua minggu di negara tetangga. Kami saling bahu-membahu saat berjuang menyelesaikan studi kami tepat waktu. Dan begitu banyak lagi memori-memori yang terpatri dalam ingatan saya.
Dulu saat rasa rindu melanda, kami masih bisa saling kontak untuk hanya sekedar bercanda bersama atau menyusul jadwal untuk bersua. Namun kini raga kami tidak lagi berada pada dimensi yang sama. Doa, menjadi satu-satunya alat komunikasi yang tersedia.
Teringat pada suatu ungkapan yang pernah terlintas, saat seseorang yang berharga dalam kehidupan kita pergi meninggalkan kita, sesungguhnya hanya raganya saja tak terlihat, namun semangatnya masih akan terus hidup menemani hari-hari kita di sini.
Rindu boleh saja terus bergelayut, namun jangan sampai membuat kita terlalu larut.
2 comments
cuss....tulisannya.... :((
BalasHapusLagi kangen sama Akbar Gimbul :') WA Akbar masih aktif, kmrn lusa Ibunya ngechat ngabarin, HP nya sgj dihidupin dipegang Ibunya biar krasa kalo Akbar msh ada..:''
Hapus