Tentang Kamu
05.46
"Hanya Sri Ningsih yang mampu mengenang masa lalu itu dengan damai...
Aku tidak pernah melihat wanita sekokoh Sri Ningsih, yang bisa memeluk
kejadian semenyakitkan apa pun. Tidak membenci, tidak mendendam. Hanya dia."
-Nur'aini-
Gadis Jawa itu besar di Pulau Bungin, Sumbawa, pulau terpadat di dunia. Kulitnya boleh hitam, tubuh gempal dan tinggi tak semampai. Namun siapa sangka hatinya selalu diliputi kesabaran dan keikhlasan. Ya, Sri Ningsih namanya, tokoh utama dalam novel ini.
Filosofi kehidupan memang sangat kental di dalam setiap karya sastra Tere Liye. Ajaran tentang kebaikan, saling menghargai, kejujuran, keadilan, sudah dipastikan akan muncul lewat uraian kata-kata yang terkumpul. Bukan hanya di novel ini, namun juga di seluruh karya-karya seninya.
Awal ketertarikan saya terhadap novel terbaru Tere Liye ini tentunya dari ketidaksengajaan. Ketika waktu luang di kantor semakin menumpuk, berselancar di dunia maya menjadi salah satu pengisi kekosongan. Terakhir kali saya membaca novel Tere Liye adalah tahun lalu. Sejak tahun mulai berganti, asupan gizi dari bacaan berbobot agak berkurang karena saya mulai tenggelam dalam kesibukan. Namun minggu lalu, semangat untuk melahap karya sastra mulai muncul kembali saat saya melihat kilasan iklan terbitnya novel Tere Liye yang terbaru, "Tentang Kamu". Rasa penasaran membawa saya ke situs salah satu penerbit hingga akhirnya saya membaca sinopsis dari novel ini. Tanpa pikir panjang, tombol "Beli" pada layar telah ditekan dan tiga hari kemudian, novel bercover sepasang sepatu ini sudah ada di genggaman saya.
"Tentang Kamu"
Bukan Tere Liye namanya jika tidak mampu membawa kita larut dalam cerita-ceritanya. "Tentang Kamu" membuka mata hati kita dan menyadarkan, bahwa seburuk apapun hal yang kita hadapi, sabar dan memaafkan adalah kuncinya.
Tidak mudah memang menjadi manusia sesempurna Sri Ningsih. Mungkin itu satu hal yang tidak hanya dipikirkan oleh Zaman Zulkarnaen, namun juga setiap pembaca novel ini. Zaman yang mendapat amanah untuk memecahkan misteri kehidupan Sri Ningsih. Zaman juga yang jadi paling memahami alur cerita kehidupan Sri Ningsih dari awal hingga akhir. Satu miliar poundsterling adalah nilai yang dipertaruhkan dalam kasus ini.
Dari awal hingga akhir, emosi pembaca akan terus dipermainkan dengan kisah-kisah bahagia dan pilu yang datang silih berganti. Aliran cerita yang mengambil latar Pulau Bungin, Surakarta, Jakarta, London hingga Paris membuat kita semakin yakin bahwa Sri Ningsih adalah sosok yang tangguh. Puncaknya ketika Sri Ningsih mulai kehilangan segala yang dimilikinya, tak tersisa apapun, kemudian ia memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di salah satu panti jompo di Paris hingga akhir hayatnya. Namun siapa sangka, itu sekaligus menjadi titik awal cerita ini dimulai.
Bagi saya, novel "Tentang Kamu" telah sukses menjadi novel terbaik di tahun 2016 ini. Bukan tentang Tere Liye, namun ini tentang Sri Ningsih, tokoh utama yang berhasil membawa kita ke alunan cerita yang penuh dengan kerikil. Baru kali ini juga saya tidak bisa menahan sendu dan air mata saat membaca novel ini. Setiap penggalan cerita yang disajikan mengandung unsur nilai kehidupan yang dalam. Meski terkadang aroma penyelidikan yang dilakukan oleh Zaman cukup kental dengan cerita detektif, justru itu nilai tambahnya, sehingga cerita dalam novel ini tidak terasa membosankan sama sekali.
Satu lagi kutipan dalam novel ini yang sangat saya sukai.
"Masa lalu, rasa sakit. Masa depan, mimpi-mimpi.
Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir.
Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan."
0 comments