Pergi ke luar negeri itu gak melulu tentang berkunjung ke destinasi. Dengan menginjakkan kaki ke suatu tempat yang baru, bertemu dengan orang-orang baru yang mungkin sangat berbeda latar belakang dan kebudayaan dengan kita, tentu akan membuka wawasan kita akan luas dan beragamnya dunia yang sesungguhnya. Belajar menerima perbedaan dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan yang dilalui.
Kalau bicara Bangkok, pasti yang kebayang adalah tentang kemajuan tata perkotaan dan sarana transportasi publiknya, arsitektur temple-temple yang eye catching, budaya dan bahasanya yang khas, tulisan ala Thailand yang mirip aksara Jawa atau aksen cempreng yang kerap terdengar saat kita menonton film Thailand. But wait, khusus poin no 1 cuman bakal jadi first impression kalian kalau kalian turun di Bandara Internasional Survanabhumi yaa.. Tapi kalau kalian pilih maskapai LCC (terutama Air Asia), different circumstance does exsist. Karena mulai 1 Oktober 2012 Air Asia sudah mulai mendaratkan pesawatnya di Bandara Internasional Don Muang.
Lima tahun lalu, tepatnya September 2012 saya masih sempat ngrasain landing di Suvarnabhumi, masih bisa enjoy ke pusat kota Bangkok naik airport railway train, dan segala kemudahan lainnya. Makanya saya gak punya bayangan sama sekali saat harus mendarat di Don Muang. Cuman modal info di google dan ngandelin tanya orang lokal.
Berhari-hari nyari info tentang "From Don Muang to Bangkok" cuman nemu artikel orang yang intinya bilang dari terminal kedatangan, naik ke lantai 2 terus menuju ke stasiun Don Muang, naik kereta reguler jurusan stasiun Bangkok. Kelihatannya emang simpel, tapi sesampainya di sana ternyata kenyataan di lokasi gak sesederhana di artikel XD. There wasn't no direction about it. Ketika ngandelin info di google gak cukup, akhirnya kita tanya petugas lokal, mulai security, bagian informasi, cleaning service, sampai petugas maskapai juga udah samperin. Tapi saking aksen bahasa Inggris orang Thailand yang (maaf) kurang jelas dan kurang bisa dipahami (atau kita yang susah paham ya? XD) jadi kita tetep bingung dan tersesat.
Sampai akhirnya kita ketemu orang Indonesia (yang gak kalah menyesatkan). Mas-mas ini justru mengarahkan kita ke lantai bawah dan mengatakan kalau untuk naik kereta memang harus turun ke lantai ground dan ambil bus A2 ke Mo Chit, baru naik kereta dari Mo Chit. Setelah sadar kalau kita miskom dengan mas-mas ini, langsung deh berabe kita balik arah. Oke, untuk ke Bangkok memang ada option lain yaitu naik bus A2 lalu sambung kereta dari Mo Chit. Tapi menurut saya itu terlalu ribet. Lebih enak kalau kita langsung naik kereta reguler ke stasiun Bangkok atau Hua Lamphong (berhubung hostel kita lumayan dekat dari situ).
20 baht/person from Don Muang to Bangkok |
Balik lagi ke lantai 2, coba tanya-tanya lagi, sampai akhirnya ada cleaning service yang sadar dengan kegalauan kita. Baru deh kita ditunjukkan jalan yang benar. Well, jadi buat yang bingung cari info "From Don Muang to Bangkok", ketika kalian udah sampai di pintu terminal kedatangan Bandara Internasional Don Muang, cukup belok kiri, naik ke lantai 2, lalu menuju pintu 5, di deket situ sebelah kiri ada lift untuk turun ke Lt. 2 menuju stasiun Don Muang. Ikuti aja arah yang ada sampai tiba di jembatan, belok ke arah tulisan Northbound Railroad. Turun jembatan, kalian akan sampai di stasiun Don Muang dan siapkan uang 20 Baht/orang untuk tiket menuju ke stasiun Bangkok. So, welcome to the journey!
-&-
Nunggu sekitar 15 menit, kereta kita akhirnya datang juga. Buat tau itu kereta kita atau bukan, cukup tanya petugas loket tiket aja ya, karena kereta di Bangkok tulisannya aksara Thailand semua, jadi bikin kurang ngeh juga itu yang datang kereta kita atau bukan. Begitu naik ke kereta, kita langsung bingung juga mau duduk dimana karena di tiket tulisannya kita dapet tempat duduk standee (standing alias tiket berdiri). Dari sini saya baru memahami bahwa Bangkok punya sisi lain. Kalau dulu saya amaze banget sama MRT nya, sekarang saya jadi sadar kalau Indonesia bener-bener beruntung bisa punya pabrik kereta semacam PT. INKA. Di saat kereta-kereta lokal kita udah makin cakep dan nyaman serta dilengkapi pendingin ruangan yang memadai, kereta reguler di Bangkok justru masih sama seperti kereta kita 5-10 tahun yang lalu.
Jadi inget kereta ekonomi Madiun-Surabaya yang sering saya naiki semasa kuliah dulu. Kereta reguler Bangkok persis banget kayak gitu XD. Dengan bangku susunan 2-3 saling berhadap-hadapan, jendela yang masih bisa dibuka naik turun, penyegar udara menggunakan kipas angin, pedagang asongan yang bisa bebas naik turun kereta sambil nawarin dagangan dan masih ada tiket berdiri yang dijual saat tiket bernomor tempat duduk sudah mulai sold out. Jadi nostalgia deh, hehe.. But it's truly about Bangkok civilization.
Gak nyangka juga dibalik kemegahan kota Bangkok, masih ada sisi lain yang bisa kita lihat. Di dalam kereta kita sempat sedikit bertegur sapa dengan penumpang lokal yang lain. Kehadiran kita memang bikin suasana kereta agak hectic berhubung jumlah kita yang cukup banyak yaitu berenam dan karakter kita yang cukup rempong banget sejak awal naik kereta. Tapi keramahan orang-orang Bangkok sebenarnya juga gak kalah jauh dari keramahan orang Indonesia. Secara ras juga kita gak jauh beda, Thailand masuk ke Asiatic Mongoloid, sedangkan Indonesia masuk Malayan Mongoloid. Makanya kita juga gak jarang tiba-tiba diajak ngomong bahasa Thailand karena dikira orang lokal. Begitu kita diem seribu bahasa sambil pasang muka bingung, baru mereka sadar kalau kita bukan orang Thailand. :D
Bangkok Reguler Train Interior |
to be continued...