Ketika melakukan sebuah perjalanan, terkadang kita terlalu cepat tenggelam dalam euforia yang baru dirasakan. Entah karena faktor pertama kali berkunjung ke tempat yang asing atau faktor menikmati perjalanan seperti yang sudah seharusnya.
Ini bukan perjalanan pertama saya ke Bangkok, tapi tetep yaa yang namanya rasa excited berkunjung ke negeri orang itu ada, apalagi saat ini saya berangkat dengan orang yang berbeda. Pengalaman berbeda pun sangat saya harapkan dari perjalanan ini.
Hari pertama kita di Bangkok, niatnya adalah pengen ke destinasi nomer wahid di sini, yaitu Grand Palace (berhubung deket sama hostel). Kembali pada ingatan lima tahun lalu, saat itu saya juga sangat semangat untuk pergi ke Grand Palace. Cari info di google map, dari tempat penginapan saya harus naik MRT disambung bus. Lagi-lagi memang internet gak bisa dipercaya seratus persen karena apa yang terjadi di lapangan gak semulus yang kita pikirkan. Sampai akhirnya kami ditawari Tuk-Tuk (yang bilangnya mau nganter ke Grand Palace ternyata justru dianter ke pelabuhan kapal tradisional Thailand). Di situ kita langsung ngrasa ketipu, dipaksa beli tiket perahu seharga 600 Baht sampe akhirnya kita tawar jadi 60 Baht. Tapi bukan pengalaman luar biasa yang kita dapet, melainkan cuman keliling sungai (yang airnya gak jernih sama sekali) dan kasih makan ikan hingga akhirnya masuk angin gara-gara baju kecipratan air sungai berbau amis.
Dari situ, saya langsung mewanti-wanti, DON'T TRUST TUK-TUK, terutama kalau kalian mau ke Grand Palace yaa.. Karena emang rawan banget penipuan buat wisatawan yang mau ke Grand Palace.
Meski udah sekali ketipu ternyata tetep membuka peluang untuk ditipu kedua kali. Pengalaman lima tahun lalu akhirnya terulang lagi pada kunjungan kedua saya di Thailand. Kali ini bukan Tuk-Tuk yang perlu diwaspadai, tapi muncul modus lain.
Waktu lagi asik jalan ke arah Grand Palace sambil nikmati view di sekitar, tiba-tiba ada laki-laki paruh baya, mungkin usianya sekitar 50 tahun, nyamperin kita. Berhubung mayoritas dari kita memang masih terlalu excited dengan perjalanan ini, jadilah kita mempersilahkan laki-laki itu ngobrol dengan kita. Panggil aja oknum ini #teacherpenipu ya XD. Dia ngaku ke kita sebagai dosen agama Budha di salah satu universitas di Bangkok. Emang sih cara ngomongnya meyakinkan banget. Dengan semangat dia infokan ke kita kalau hari itu (15 Februari 2017) adalah Budhis Holiday, jadi semua temple di sekitar situ (Grand Palace, Wat Pho dan palace-palace yang lain) sedang tutup dan baru akan buka lagi pukul satu siang dengan free entrance fee (biaya normal masuk Grand Palace 500 Baht). Karena itulah dia rekomendasikan ke kita, mending kita jalan-jalan aja dulu naik perahu keliling Chao Praya sambil transit ke beberapa destinasi sekitar sungai yang juga free entrance fee khusus hari itu, baru nanti jam satu siang kita ke Grand Palace dan temple-temple lainnya disambung malam hari ada pertunjukan gajah di area Grand Palace.
Pertama denger kata Chao Praya, jujur aja saya udah trauma sama pengalaman lima tahun lalu. Tapi ya sekali lagi, mungkin saking excitednya kita bisa ngobrol dengan orang lokal, jadilah kita lupa sama tulisan di brosur hotel yang baru kita baca tadi. Secara halus, #teacherpenipu mulai meyakinkan kita lagi dan manggilin Tuk-Tuk nganter kita ke tempat perahu. Daaan, sesampainya di tempat perahu, barulah saya sadar kalau kita memang ditipu. Dengan tegas saya bilang ke temen-temen kalau naik perahu itu gak worth it sama sekali. Udah mahal, baju basah, bau amis lagi. Yang ada turun kapal langsung pusing mual-mual. Dari situ saya paksa temen-temen pergi dari lokasi perahu. Abang driver Tuk-Tuk sempet marah ke kita karena kita gak jadi naik perahu.
Ini bukan perjalanan pertama saya ke Bangkok, tapi tetep yaa yang namanya rasa excited berkunjung ke negeri orang itu ada, apalagi saat ini saya berangkat dengan orang yang berbeda. Pengalaman berbeda pun sangat saya harapkan dari perjalanan ini.
-&-
Hari pertama kita di Bangkok, niatnya adalah pengen ke destinasi nomer wahid di sini, yaitu Grand Palace (berhubung deket sama hostel). Kembali pada ingatan lima tahun lalu, saat itu saya juga sangat semangat untuk pergi ke Grand Palace. Cari info di google map, dari tempat penginapan saya harus naik MRT disambung bus. Lagi-lagi memang internet gak bisa dipercaya seratus persen karena apa yang terjadi di lapangan gak semulus yang kita pikirkan. Sampai akhirnya kami ditawari Tuk-Tuk (yang bilangnya mau nganter ke Grand Palace ternyata justru dianter ke pelabuhan kapal tradisional Thailand). Di situ kita langsung ngrasa ketipu, dipaksa beli tiket perahu seharga 600 Baht sampe akhirnya kita tawar jadi 60 Baht. Tapi bukan pengalaman luar biasa yang kita dapet, melainkan cuman keliling sungai (yang airnya gak jernih sama sekali) dan kasih makan ikan hingga akhirnya masuk angin gara-gara baju kecipratan air sungai berbau amis.
Dari situ, saya langsung mewanti-wanti, DON'T TRUST TUK-TUK, terutama kalau kalian mau ke Grand Palace yaa.. Karena emang rawan banget penipuan buat wisatawan yang mau ke Grand Palace.
Meski udah sekali ketipu ternyata tetep membuka peluang untuk ditipu kedua kali. Pengalaman lima tahun lalu akhirnya terulang lagi pada kunjungan kedua saya di Thailand. Kali ini bukan Tuk-Tuk yang perlu diwaspadai, tapi muncul modus lain.
Waktu lagi asik jalan ke arah Grand Palace sambil nikmati view di sekitar, tiba-tiba ada laki-laki paruh baya, mungkin usianya sekitar 50 tahun, nyamperin kita. Berhubung mayoritas dari kita memang masih terlalu excited dengan perjalanan ini, jadilah kita mempersilahkan laki-laki itu ngobrol dengan kita. Panggil aja oknum ini #teacherpenipu ya XD. Dia ngaku ke kita sebagai dosen agama Budha di salah satu universitas di Bangkok. Emang sih cara ngomongnya meyakinkan banget. Dengan semangat dia infokan ke kita kalau hari itu (15 Februari 2017) adalah Budhis Holiday, jadi semua temple di sekitar situ (Grand Palace, Wat Pho dan palace-palace yang lain) sedang tutup dan baru akan buka lagi pukul satu siang dengan free entrance fee (biaya normal masuk Grand Palace 500 Baht). Karena itulah dia rekomendasikan ke kita, mending kita jalan-jalan aja dulu naik perahu keliling Chao Praya sambil transit ke beberapa destinasi sekitar sungai yang juga free entrance fee khusus hari itu, baru nanti jam satu siang kita ke Grand Palace dan temple-temple lainnya disambung malam hari ada pertunjukan gajah di area Grand Palace.
Pertama denger kata Chao Praya, jujur aja saya udah trauma sama pengalaman lima tahun lalu. Tapi ya sekali lagi, mungkin saking excitednya kita bisa ngobrol dengan orang lokal, jadilah kita lupa sama tulisan di brosur hotel yang baru kita baca tadi. Secara halus, #teacherpenipu mulai meyakinkan kita lagi dan manggilin Tuk-Tuk nganter kita ke tempat perahu. Daaan, sesampainya di tempat perahu, barulah saya sadar kalau kita memang ditipu. Dengan tegas saya bilang ke temen-temen kalau naik perahu itu gak worth it sama sekali. Udah mahal, baju basah, bau amis lagi. Yang ada turun kapal langsung pusing mual-mual. Dari situ saya paksa temen-temen pergi dari lokasi perahu. Abang driver Tuk-Tuk sempet marah ke kita karena kita gak jadi naik perahu.
-&-
Warning From Our Hostel
(yang sempet kita baca tapi kita lupain waktu ketemu #teacherpenipu XD :
1. Beware of Tuk-Tuk or Taxi offering free or cheap ride to any stores.
2. Beware of nice strangers approaching you on streets or offering you help.
3. Beware of fake "TAT" or information center. The real one is non-profit government, they don't sell tours or any tickets. Please buy tickets at bus or train stations.
-&-
Sore pulang ke hostel, kita langsung ke resepsionis hostel buat tanya info dari #teacherpenipu tadi.
Me : Is it right that today is Budhis Holiday?
Hostel : No.
Me : #facepalm, So, is there any elephant show and firework tonight at Grand Palace?
Hostel : No.
Me : Okay, we were succesfully tricked by the teacher (#teacherpenipu).