Ngomongin tentang Australia, yang saya bayangin pertama kali tentunya Koala dan Kanguru, bener-bener Top of Mind banget deh..
Tepat setahun yang lalu, saya terbang ke Australia untuk menjalani short course Sustainable Tourism Development dari Australia Awards Indonesia. Kami total ada 24 orang yang berangkat dari Jakarta, 1 orang terpaksa belum bisa lanjut ikut short course karena ada masalah terkait passport. Sayang banget sih, because it would be unforgettable moments in our life. Jadi kalo udah sampe tahap ini tapi gak bisa lanjut itu nyesek, huhu..
Penerbangan langsung Jakarta-Sydney ditempuh selama kurang lebih tujuh (7) jam, dan kita beneran berangkat sendiri dengan sesama awardee, gak ada tim Australia Awards Indonesia yang mendampingi dengan tujuan agar kita bisa mandiri dan bertanggung jawab antar sesama awardee, hehe.. Surprisingly, kita gak cuman landing di Sydney terus kelar ya, however we only had about 30 minutes to move to domestic terminal and continued our flight to Cairns. Bisa bayangin kan gimana rempongnya kita ber-24. Durasi 30 menit itu tergolong singkat untuk perpindahan dari penerbangan internasional ke domestik karena kita masih harus ke imigrasi dan ambil koper. Belum lagi kalau kita harus masuk ke area declared. Berhubung temen-temen awardee banyak yang bawa bahan makanan kering dari Indonesia, jadi kita masuk ke area declared. Alhamdulillah lancar gak ada temuan macem-macem, abis itu kita langsung lariii ke terminal domestik.
Setelah tiga (3) jam penerbangan lokal dari Sydney ke Cairns, akhirnyaa kita landing juga di Cairns, hehe.. First impression, liat banyak banget gambar hutan tropis di interior bandara, kita jadi bingung ini landing di Australia atau Indonesia ya? Kenapa gambarnya hutan tropis? Bukannya Australia itu negara 4 musim?
Untuk yang belum tau, Cairns merupakan salah satu kota yang terletak di Queensland, lebih tepatnya di Far North Queensland. Karena lokasinya cukup dekat dengan Indonesia, makanya iklim di Cairns tropis. Secara sumber daya mirip banget sama Indonesia, ada hutan tropis dan terkenal dengan keindahan terumbu karangnya juga.
Learning from Cairns
Mostly materi yang disampaikan selama di Cairns berupa class, baik disampaikan di indoor maupun outdoor. Tapi kalo boleh dibilang, pengalaman selama jalan-jalan sendiri di Cairns dan sesi outdoor tu gak kalah menyenangkan. Kita cukup beruntung sesi-sesi kelas di Cairn masih blum terlalu padat. Mungkin tim Australia Awards Indonesia pengen kita lebih banyak belajar dari pengalaman langsung di destinasi, gak cuman di kelas.
First, ketika outdoor class bareng Prof Noel, kita baru tau lho kalo jarak Cairns dengan Pulau Papua, Indonesia tu deket banget. Gak jarang kalo di Cairns kita bisa ketemu banyak orang aborigin yang mirip dengan orang Papua. Meskipun wilahyahnya kecil, tapi masyarakat Cairns punya budaya yang cukup kental. Contohnya seperti budaya outdoor barbeque. Saking acara barbeque itu udah jadi budaya sehari-hari buat orang Cairns, pemerintah kota sampe nyediain alat barbeque gratis di taman-taman umum gitu. Jadi yang pengen barbeque, tinggal bawa bahan makanan sendiri. Ini sekaligus dijadikan sebagai alat promosi budaya Cairns. Pemerintah kota Cairns pengen wisatawan yang datang ke Cairns bisa ngrasain pengalaman gimana sih jadi orang Cairns itu? Nah, itu bisa dilakukan lewat budaya outdoor barbeque.
Second, belajar tentang signage. Kalo ini sih hasil pembelajaran keliling kota Cairns yang dilakukan bareng temen-temen awardee di sela-sela jadwal course kita, hehe.. Tapi emang beneran saya kagum banget sama tingkat kedisiplinan masyarakat Cairns. Mungkin karena didukung oleh signage yang jelas ya makanya mereka tahu do and don'ts ketika berada di destinasi. Seperti beberapa signage yang saya temukan di taman kota Cairns yang bertuliskan "Don't smoke!; "Don't drink alcohol!"; "Don't ride a bike!" etc. Jadi meskipun di taman disediakan alat buat barbeque, tetep aja gak boleh minum alkohol di situ. Kalau mau minum alkohol harus ke restoran atau bar terdekat. Mungkin pertimbangannya karena itu taman untuk keluarga, sehingga peraturan-peraturan yang dibuat harus family friendly. Terus misalkan ada yang ngelanggar gimana? Wah, tenang aja, kamera pengintai di Cairns banyak, haha.. Jika ada yang ketangkep basah melanggar peraturan, langsung disamperin polisi dan dikenakan denda oleh pemerintah setempat.. Jadi hati-hati yaa..
Third, discussion with the experts. Pada saat pre-course, kami sempat ditanya oleh tim Australia Awards Indonesia dan para professor yang menjadi supervisor kita selama pelatihan. Jika punya kesempatan bertemu dengan para ahli pariwisata di Australia, siapa yang ingin kami temuin. Alhasil satu per satu kami bikin list dan disetor ke tim Australia Awards. Dan tanpa disangka, saat di Australia, mereka benar-benar mendatangkan orang-orang yang kami mention tadi. Di Cairns kami bertemu dengan pengelola pariwisata kota Cairns dan beberapa ahli di bidang konservasi hutan dan terumbu karang. Bahkan saat malam hari pun kami dapat kesempatan untuk dinner bareng buat mereka. So excited, karena gak cuman dapet ilmu baru, tapi juga bisa perluas networking dengan pelaku industri pariwisata di Cairns.
-&-
Sebenarnya banyaaaak banget yang pengen diceritain dari Cairns. Pengalaman pertama menginjakkan kaki di surga tropisnya Australia, bener-bener pengalaman yang gak terlupakan. Tapi kalo diceritain lebih detail, nanti kepanjangan, haha..
Lesson to learn :
Dari Cairns saya belajar, kota pelabuhan kecil tentu bisa jadi destinasi wisata yang menarik, asalkan didukung oleh manajemen tata kotanya dan semangat warganya dalam mempertahankan budaya lokal setempat.
Lesson to learn :
Dari Cairns saya belajar, kota pelabuhan kecil tentu bisa jadi destinasi wisata yang menarik, asalkan didukung oleh manajemen tata kotanya dan semangat warganya dalam mempertahankan budaya lokal setempat.