Visa Keluarga - Australia Awards Scholarship
09.02Buat saya, dukungan dari keluarga adalah yang paling penting dalam setiap perjalanan yang saya tempuh, tidak terkecuali di dalam proses melanjutkan pendidikan ke Australia ini. Sebelum saya memutuskan untuk mendaftar beasiswa Australia Awards Scholarship, saya melakukan diskusi dengan suami terkait kemungkinan-kemungkinan yang akan kami lalui sebagai bagian dalam proses untuk bertumbuh. Salah satunya yaitu tentang apakah suami berkenan untuk menemani saya selama masa studi. Setelah melewati beberapa kali proses diskusi, akhirnya kami sepakat untuk bisa saling mendukung, berproses dan bertumbuh bersama. Alhasil, suami memutuskan untuk ikut ke Australia bersama saya. Keputusan yang tidak mudah tentunya, mengingat suami saya juga sudah memiliki karir yang cukup mapan di Indonesia. Namun, saya sangat menghargai keputusan beliau. Suami saya berkata bahwa tidak ada salahnya jika kita bisa berpetualang bersama, belajar hal baru bersama, agar kita bisa menjadi sosok yang jauh lebih baik dan berkualitas.
Bulan dan tahun pun berlalu, hingga tiba akhirnya saya mendekati hari keberangkatan ke Australia. Proses administrasi visa keluarga merupakan salah satu yang menjadi prioritas pelayanan tim AAI. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih dengan tim AAI yang super keren dalam membantu pengurusan visa keluarga awardee beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS). Dari awal bergabung dengan AAS, beberapa kali saya memang mendengar bahwa AAS berusaha mendukung awardee untuk membawa keluarga ke Australia selama proses studi. Hal ini dikarenakan, menurut AAS, keluarga adalah support system utama bagi awardee yang juga berkontribusi besar dalam memaksimalkan pengalaman awardee di Australia serta mendukung proses belajar awardee.
Terkait dengan keikutsertaan anggota keluarga, awardee sudah diminta untuk menginformasikannya sejak awal pendaftaran beasiswa. Ada kolom khusus di Oasis perihal pertanyaan tentang apakah nantinya kita akan membawa keluarga selama proses studi di Australia. Oleh sebab itu, ketika mendekati bulan keberangkatan, biasanya tim AAI akan melakukan follow up kembali tentang rencana membawa keluarga tersebut sehingga tim AAI juga bisa segera mempersiapkan proses administrasinya.
Informasi mengenai daftar dokumen pengurusan visa untuk keluarga biasanya mulai diinformasikan oleh tim AAI sejak pertemuan pertama antara awardee dan tim AAI setelah pengumuman lulus beasiswa. Pada angkatan saya, karena saat itu masih di masa pandemi, pertemuan awardee dan tim AAI lebih sering diadakan secara daring. Saya masih cukup ingat, waktu itu bulan Agustus 2021, tim AAI memberikan informasi tambahan untuk awardee dan mengirimkan beberapa dokumen via email terkait Placement and Mobility. Dan salah satu dokumen tersebut yaitu Aplikasi Dependant Visa Check List.
Sekitar 2 bulan sebelum keberangkatan, saya mulai membantu suami untuk mempersiapkan dokumen-dokumen sesuai daftar di atas. Berikut ini adalah beberapa dokumen yang saya siapkan:
1. Form 956A (ada di attachment email Placement and Mobility yang pernah dikirimkan oleh tim AAI)
2. Foto ukuran 4x6
Copy akte nikah yang sudah dilegalisir. Untuk dokumen ini bisa dilegalisir oleh notaris atau Dukcapil dimana kita menikah
3. Copy visa student (softcopy)
4. Copy passport dependant hal 2-5 (softcopy)
5. Copy kartu keluarga yang sudah dilegalisir, baik oleh notaris atau Dukcapil (softcopy)
6. Copy KTP (softcopy)
7. Bukti asuransi kesehatan untuk keluarga (softcopy). Dalam hal ini, saya menghubungi pihak kampus untuk upgrade asuransi dari Single cover ke Couple (karena hanya berdua dengan suami). Bagi yang akan membawa anak juga, maka bisa upgrade ke Family cover. Proses upgrade asuransi sangat mudah. Berhubung pihak kampus menggunakan asuransi BUPA, jadi saya tinggal menghubungi representatif BUPA yang ada di kampus untuk minta upgrade. Nantinya kita akan dikirimin email berisi instruksi pembayaran. Proses pembayaran bisa dilakukan menggunakan kartu kredit. Namun jika tidak ada kartu kredit, mungkin bisa dikomunikasikan kembali kepada pihak asuransi, apakah bisa dilakukan pembayaran menggunakan kartu debit atau transfer antar bank.
Setelah dokumen siap semuanya, saya kirim softcopy dokumen ke Pak Ponco (Tim Visa AAI) melalui email. Ada beberapa dokumen yang ternyata saya agak kurang teliti dalam pengisiannya, seperti dokumen Form 956A. Pak Ponco mengkonfirmasi dokumen tersebut kepada saya melalui Whatsapp, hingga akhirnya saya melakukan revisi terlebih dahulu dan mengirim kembali kepada beliau. Tidak selang beberapa jam kemudian, Pak Ponco sudah mengirimkan HAP Letter untuk keperluan MCU suami saya. Bener-bener kilat dan super cepat, sangat bersyukur dengan adanya tim AAI dalam pengurusan visa keluarga ini, hehe..
Hari Senin saya mendapatkan email HAP Letter untuk MCU suami, selanjutnya hari Kamis di minggu yang sama, suami saya melakukan tes kesehatan. Proses tes kesehatan kurang lebih sama dengan yang saya lalui sebelumnya. Bisa di cek pada postingan saya sebelumnya di sini. Setelah selesai melakukan MCU, saya pikir mungkin visa akan keluar sekitar seminggu lagi, sambil berdoa semoga tidak ada masalah dan lancar semuanya hingga akhirnya visa suami saya keluar. Namun tanpa saya sangka, di hari Senin minggu depannya, Pak Ponco sudah mengirimkan email informasi bahwa visa suami saya sudah keluar. Super kilat bukan? hehe.. Padahal minggu sebelumnya hari Jumat itu libur nasional. Jadi otomatis proses visa suami saya langsung diurus hari Kamis, kemudian Senin sudah keluar. Saya kurang tau lagi ya, mungkin saja saat itu tim visa Kedutaan Besar Australia juga lembur di hari libur. Tapi saya sangat mengapresiasi bantuan tim visa AAI maupun tim visa Kedutaan Besar Australia.
0 comments